PEMBELAJARAN QASHÎDAH WU’ÛD MINAL `ÂSHIFAH KARYA MAHMUD DARWISH MELALUI KAJIAN POSTKOLONIAL

HANIK MAHLIATUSSIKAH

Abstract


: Individu puisi dalam sastra Arab disebut qashîdah dan dalam sastra Indonesia disebut sajak. Puisi atau syi`ir merupakan nama genre atau jenis sastra sebagaimana prosa atau natsr. Qashîdah Wu`ûd min al-Âshifah adalah salah satu karya sastrawan Arab Palestina, Mahmud Darwish (1941-2008). Ia menyuarakan hati rakyat Palestina yang terjajah dan menderita melalui karya-karyanya. Mahmoud Darwish telah mempublikasikan lebih dari 30 antologi puisi dan 8 buku prosa.Qashîdah Wu`ûd min al-Âshifah  merupakan salah satu qashîdah yang menarik; direspon pembaca melalui terjemahan dalam bahasa Inggris “Promises from Storm” dan juga digubah dalam bentuk lagu. Kajian postkolonial merupakan kajian terhadap karya sastra yang berkaitan dengan praktik kolonialisme atau imperialisme.  Mahmud Darwish sebagai bagian dari masyarakat Palestina  melakukan resistensi terhadap pihak penjajah melalui karya-karyanya. Teks puisi inilah yang merupakan dokumen sejarah. Qashîdah dipandang memiliki kekuatan, baik sebagai pembentuk hegemoni kekuasan atau sebaliknya sebagai konter hegemoni.Kajian ini berusaha membongkar selubung praktik kolonialisme di balik Qashîdah Wu`ûd min al-Âshifahkarya nasionalis Palestina Mahmud Darwish. Dalam perspektif kajian postkolonial, qashîdah ini berisi motivasi kepada pejuang Palestina bahwa mereka mampu mengambil kembali Negeri Palestina dari penjajah, mampu mengembalikan kebahagiaan rakyat Palestina yang terampas. Penyair sebagai bagian dari rakyat terjajah memilih diksi “al-Âshifah “ (angin badai) yang merupakan kata kunci dalam qashîdah ini. Angin badai adalah metafor bagi para pejuang Palestina yang tangguh dan kuat, mampu mengembalikan negeri sebagaimana angin badai yang mampu mencabut apapun yang dikehendakinya. Kemampuan para pejuang diibaratkan sebagai kilatan petir yang mampu bergerak cepat. Rakyat Palestina mengalami penderitaan dan ketakutan. Namun, mereka tetap memiliki harapan untuk merdeka. Kemerdekaan yang dirindukan dikiaskan dengan secawan arak dan pelangi.   Artikel ini mendeskripsikan adanya dikotomi dan oposisi, serta mendekonstruksi teks yang merupakan penanda kajian postkolonial.

 

Kata kunci: wu`ûd min al-âshifah , Mahmud Darwish, puisi, postkolonial


Full Text:

PDF

Refbacks

  • There are currently no refbacks.